Jumat, 20 Februari 2015
Rabu, 18 Februari 2015
Senin, 16 Februari 2015
Mampukah kita membalas budi orang tua?
Terutama ibu kita yang menanggung kesulitan ketika hamil, melahirkan, menyusui
hingga menyapih. Ada seorang anak yang diceritakan pernah memikul ibunya ketika
thowaf keliling Ka’bah, itu pun belum bisa dikatakan membalas setarik nafas
yang ia keluarkan ketika melahirkan kita.
Diantara kita, mungkin banyak yang tidak sabar saat menghadapi
orang tua yang sudah lanjut dan renta dimakan usia. Padahal pengorbanan mereka
untuk mengasuh dan merawat kita sejak masih bayi hingga dewasa, bahkan bisa
menjadi orang sukses tiada terkira. Tak dapat dinilai dengan apapun jua.
Kesabaran mereka dalam menghadapi perilaku anak yang terkadang nakal dan bengal
pun tak perlu diragukan lagi.
Kasih sayang orang tua tulus untuk anak-anaknya. Apa pun mereka
lakukan demi kebaikan kita di masa mendatang. Khususnya ibu, ia rela membawa
beban berat di perutnya saat masih mengandung kemudian mempertaruhkan nyawa
saat melahirkan. Ia rela terbangun dari tidur lelapnya hanya karena mengganti
popok yang basah karena kita ngompol. Ia pun mau tidak tidur karena tangisan
kita yang lapar lalu memberikan ASI-nya. Dan ketika kita sakit, ibu juga yang
begadang hingga semalaman karena harus menunggui anaknya tanpa menghiraukan
letih dan lelah.
Lalu, saat ibunda berada di usia senja dengan tubuh renta dan
lemah, mengapa kita menjadi tidak sabar melayaninya sebagaimana yang pernah
mereka lakukan dulu kepada kita? Bahkan terkadang kata-kata tak sedap dan
bentakan pun muncul dari mulut kita karena kerewelan orang tua.
Jangan lupakan peran ibu terhadap kita. Karena ibu menyayangi dan
mengasihi kita jauh dari pamrih apapun jua. Biarpun sudah tua renta dan pikun,
tidak sepantasnya kita memisahkan beliau dari sisi kehidupan kita. Apalagi
sekedar dititipkan di panti jompo karena kita tidak ingin repot dan hanya untuk
menghindari kerewelannya.
Kasih ibu tulus tak terhingga yang tiada berharap balasan dari
anak-anaknya. Maka sayangilah ibumu khususnya dan orang tuamu pada umumnya.
Selagi mereka masih ada, kesempatan berbakti dan membalas kebaikan
orang tua masih sangat terbuka. Kita akan merasa menyesal dan pasti sangat
kehilangan tatkala mereka sudah pergi selamanya dan tidak lagi berada di
tengah-tengah kehidupan kita.
Dalam menempuh hidup di dunia ini,
tentunya setiap orang ingin menjadi orang yang berhasil di dunia dan akhirat.
Untuk itu, salah satu caranya adalah dengan berbakti kepada kedua orang tua.
Jika baik pada mereka berdua maka hidup akan sukses. Jika menyakiti dan durhaka
pada keduanya, maka hidup akan sengsara. Berikut adalah beberapa saran yang
sangat dianjurkan untuk dikerjakan agar tergolong sebagai anak yang berbakti
pada kedua orang tua:
1.
Berbicara kepada kedua orang tua itu harus dengan sopan, santun dan lembut.
Tidak boleh mengatakan “AH!”, UH!, Cis!, atau yang semisal kata-kata tersebut.
Begitu pula dengusan nafas sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap sikap atau
perintah orang tua. Jangan berkata kepada mereka dengan perkataan yang keras
seperti membentak dan menghardik. Berkatalah kepada mereka dengan ucapan yang
baik dan menyenangkan hati keduanya.
2.
Selalu taat kepada semua perintah orang tua. Selama mereka tidak memerintahkan
hal-hal yang mengandung unsur dosa dan maksiat. Bila mereka memerintahkan
berdosa, menolak pun harus dengan lemah lembut dan penuh pengertian. Bila
memerintah hal yang baik harus segera dikerjakan meski sedang sibuk melakukan
sesuatu. Sebagaimana dicontohkan oleh seorang ulama besar yang sedang
memberikan ceramah di hadapan ribuan orang. Lalu ada seseorang datang dan
berbisik bahwa ibunya memerintahkan ulama tersebut pulang sebentar untuk
memberi makan ayam. Maka sang ulama meminta izin pada jama’ah untuk pulang
memberi makan ayam seperti yang ibunya perintahkan. Setelah ibunya puas, ulama
tadi kembali ke mimbar dan meneruskan ceramahnya.
3.
Jangan memasang wajah yang cemberut, jangan melotot dan bermuka masam bila
berhadapan dengan keduanya. Bila ada hal yang tidak kita sukai dari mereka,
bersabarlah, tarik nafas dalam-dalam dan tersenyumlah. Ingatlah, ribuan sikap
dan kelakuan kita sejak lahir hingga dewasa yang sering merepotkan orang tua.
Namun mereka tetap sabar terhadap anak-anaknya.
4.
Berusaha sekuat tenaga untuk menjaga nama baik orang tua. Bila ada yang
mencemarkannya segera bersihkan dan bela. Jagalah harta benda mereka serta
jangan mengambil tanpa seizin mereka meskipun hanya satu rupiah. Sedangkan bila
orang tua mengambil harta benda kita, kita mesti ikhlas. Karena sejatinya anak
dan harta bendanya adalah milik orang tua sebagaimana yang Nabi Muhammad SAW
jelaskan dalam haditsnya.
5.
Ringankanlah beban mereka. Bantu pekerjaan rumahnya. Layani mereka
sebaik-baiknya. Tulang mereka telah rapuh membesarkan kita dahulu. Kulitnya
telah keriput, uban di rambut semakin banyak. Balaslah kebaikan mereka meskipun
kita tak akan mampu membalas jasa mereka.
6.
Bermusyawaralah dengan kedua orang tua terhadap persoalan yang kita hadapi atau
keputusan yang akan kita ambil. Bila terjadi perselisihan pendapat, mintalah
maaf kepada keduanya dan mohon restu dan ridhanya.
7.
Bila ayah atau ibu memanggil segeralah menjawab panggilannya dengan wajah yang
cerah dan dengan suara yang enak didengar oleh mereka. Jawablah panggilannya
meskipun sedang shalat sunnah.
8.
Hormati sahabat dan teman-teman orang tua. Baik ketika mereka masih hidup dan
sesudah orang tua meninggal. Bila perlu berbuat baiklah kepada para sahabat
orang tua sebagaimana orang tua kita berbuat baik pada teman-temannya.
9.
Berusaha sebisa mungkin agar jangan membantah ucapan mereka. Jangan
menyalah-nyalahkan dan merendahkan mereka. Jangan mencemooh kesalahan mereka.
Usahakan tetap sopan dan menjelaskan kesalahan dengan sikap yang benar.
10.
Dengarlah ucapan dan nasehat mereka dengan sungguh-sungguh. Jangan menunjukkan
sikap bosan meski nasehat yang mereka sampaikan itu-itu saja.
Langganan:
Komentar (Atom)
